TRISEGMA HAYATOLOGI | Sebuah Tawaran Pemikiran Filsafat Baru
Produk Dekonstruksi
Oleh Nanang Hadi Sucipto
Konsep utama Trisegma Hayatologi adalah memandang segala fenomena dalam kehidupan dengan membaginya menjadi tiga segmen integratif yang digunakan bersamaan dengan tanpa memarginalkan makna masing-masing segmen. Bila diartikan secara bahasa, tri berarti tiga, segma=segmen artinya bagian, hayat artinya hidup, dan logos artinya ilmu. Berdasarkan arti per kata tersebutlah istilah untuk tawaran pemikiran filsafat baru ini lahir. Sejalan dengan teori dekonstruksi, pemikiran ini datang dari hasrat untuk membongkar pemikiran para Saussurian terkait oposisi biner.
Sebelum lebih jauh memahami tawaran pemikiran ini, mari pahami dulu cara kerja dekonstruksi menurut McQuilan yang mengatakan kira-kira ada lima strategi untuk memahami dekonstruksi. Artikel ini kutipan dari sebuah jurnal ilmiah daring yang dapat dibaca kapan saja dan dipahami bersama.
1. Pertama Dekonstruksi diartikan sebagai sebuah peristiwa atau peristiwa pembacaan. Kalau dipahami dekonstruksi sebagai sebuah metode berarti akan mengulangi cara yang sama, tetapi itulah yang tidak ingin dilakukan oleh seorang dekonstruksianis. Maka konsep Trisegma Hayatologi tidak akan mengulangi perspektif oposisi biner, tetapi menawarkan cara pandang antimarginalisasi dalam tiga sudut integratif.
2. Kedua, dekonstruksi adalah kontaminasi oposisi-oposisi biner. Misalnya, Oposisi biner itu seperti badan dan jiwa, maskulin dan feminim, dan laki-laki dan perempuan, siang dan malam, timur dan barat dan seterusnya. Dengan adanya oposisi biner ini, maka ada hegemoni makna dari salah satu kutub dan kutub lain menjadi marginal. Misalnya kutub laki-laki, siang, maskulin, badan, akan lebih dominan sedangkan kutub perempuan, barat, malam, feminisme, dan seterusnya menjadi terpinggirkan. Berbagai antinomi biner bisa dideret dan pasti ada salah satu sisi hegemonial dan sisi lain marginal. Apa yang akan dilakukan dengan dekonstruksi? Yaitu menunjukkan, bahkan tidak perlu sengaja ditunjukan. Yang akan ditunjukan adalah sisi dari yang terpinggirkan atau marginal, karena ada sesuatu yang lain di balik interpretasi dominan mengenai yang marginal. Kata-kata ini untuk mejelaskan suatu makna. Makna itu sesuatu yang tidak dapat dijaga kemurniannya. Menurut McQuilan Dekonstruksi menempuh dengan dua tahap. Tahap pertama ialah alih-alih membiarkan dominasi dari salah satu kutub maka mecoba menekankan kutub lawannya. Misalnya ada oposisi biner laki-laki dan perempuan, lalu dekonstruksi melihat kekayaan, kemampuan, kandungan makna, kemungkinan interpretasi dari kutub yang selama ini di abaikan yaitu perempuan. Kedua, yaitu menghapus antinomi biner itu sendiri. Karena menekankan kutub lawannya itu juga tidak bisa dipertahankan secara konsisten, itu hanya strategi untuk menjelaskan bahwa ada sesuatu yang lain. Di sini pulalah Trisegma Hayatologi menawarkan pemikiran baru dengan alih-alih membiarkan oposisi biner, namun sadarilah ada sesuatu yang lain di balik pemikiran biner Anda. Misal dikenal laki-laki – perempuan, heteroseksual – homoseksual, hidup – mati, maka bukalah perspektif Anda dan sadarilah sepenuhnya semua itu sangat hegemonis untuk memarginalkan satu sisi yang lain. Trisegma Hayatologi akan menginterpretasi fenomena tersebut dengan |laki-laki|transgender|perempuan, |heteroseksual|biseksual|homoseksual, |hidup|tidur|mati|. Sejalan dengan dekonstruksi, Trisegma Hayatologi tidak mengajak Anda melabeli setiap segmen dengan paradigma khusus, namun semua bergantung interpretasi Anda dengan kesadaran penuh bahwa segmen-segmen itu berada di kepala dan mewadahi segala fenomena.
3. Ketiga, dekonstruksi juga bisa dijelaskan sebagai suatu proses pembacaan yang meminati yang terpingggirkan, seperti coretan di dinding. Kalau dalam konteks oposisi biner, maka semua yang dimarginalisaasikan dalam oposisi biner itu yang diminati. Kalau dalam riset maka hal-hal yang selama ini diam, bungkan maka itu dibiarkan bersuara, berbicara. Dalam hal ini, Trisegma Hayatologi bukan sekadar meminati yang dimarginalkan tetapi memunculkan segmentasi baru yang jarang disadari setiap orang. Relativitas pemaknaan atas tawaran pemikiran ini bukan terletak pada teks atau pun konteks melainkan segmentasi berpikir dengan tiga kemungkinan terintegrasi. Misal ada sebuah kasus pembunuhan dan benak Anda berpikir pelakunya layak dihukum dan tidak layak dihukum dengan alasan tertentu, di situ Trisegma Hayatologi sama sekali tidak bekerja. Ketika benak seorang trisegmis memandang pelaku pembunuhan dengan |layak dihukum|tidak ditindak|tidak layak dihukum|.
4. Keempat, dekonstruksi adalah sejarah. Istilah-istilah yang diunggulkan dalam oposisi-oposisi biner, juga tidak stabil dan mendekostruksi diri dan hal yang terjadi di dalam sejarah. Setiap istilah memiliki sejarahnya dan sejarah juga menunjukan bahwa istilah itu tidaklah stabil. Di sini tanpa mengurangi hak interpretasi Anda, tawaran pemikiran ini boleh dianggap isapan jempol belaka atau istilah semu yang tidak pernah mendekonstruksi apapun. Namun sadari, relativitas istilah dalam sejarah memang sangat mungkin terjadi atau ada pihak yang menggebu mendekonstruksi tawaran pemikiran ini, semua sangat mungkin dan tidak ada batasan sedikitpun atasnya. Sebab tawaran pemikiran ini bukan peraduan teori namun kelahiran cara pandang baru yang tidak disadari namun sudah bereksistensi sejak dulu.
5. Kelima, tidak ada yang bebas-teks. Dalam pembacaan dekonstruktif makna teks mengacu pada rangkaian jejak-jejak, yaitu konteks-konteks yang ada dalam teks itu yang memberi makna. Dalam Trisegma Hayatologi, dirangkaikan fenomena yang ada dengan berbasis fakta ilmiah di lapangan. Bahkan konteks cukup diwadahi dalam tiga segmen bukan semata-mata mempersempit pemikiran tetapi mewadahi dengan relativitas maha bebas.
Berdasarkan abstraksi pemikiran tersebut, Trisegma Hayatologi diyakini sebagai pemikiran yang |benar|membingungkan|salah|, |baru|pengembangan|lama|, atau |logis|semu|fiktif| semua kembali pada masing-masing kepala yang sesungguhnya semenjak membaca tulisan ini mulai hadir jiwa dekonstruktifistik dalam dirinya. Tawaran pemikiran selamanya akan menjadi tawaran selama tidak divalidasi. Apabila seseorang menemukan tulisan ini dan mencoba mengembangkannya dengan istilah lain yang lebih ilmiah, dengan segenap daya otoritas saya hal tersebut saya ikhlaskan. Kaum pelaku dekonstruksi tidak akan merasakan apapun ketika dirinya pun didekonstruksi. Jadi, selamat datang dalam tawaran pemikiran abstrak yang mewadahi fenomena hidup manusia secara segmental integratif.
Silakan merujuk:
Bertens, K.1996. Filsafat Barat Abad XX Jilid II, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Derrida, Jacques. 2002. Dekonstruksi Spiritual; Merayakan Ragam Wajah Spiritual, Yogyakarta: Jalasutra.
Hardiman, F. Budi. 2015. Seni Memahami, Yogyakarta: Kanisius.
Royle, Nicholas. 2003. Derrida, London: Routledge.