TRISEGMA HAYATOLOGI | Sebuah Tawaran Pemikiran Filsafat Baru
Produk Dekonstruksi
Oleh Nanang Hadi Sucipto
Konsep utama Trisegma Hayatologi adalah memandang segala fenomena dalam kehidupan dengan membaginya menjadi tiga segmen integratif yang digunakan bersamaan dengan tanpa memarginalkan makna masing-masing segmen. Bila diartikan secara bahasa, tri berarti tiga, segma=segmen artinya bagian, hayat artinya hidup, dan logos artinya ilmu. Berdasarkan arti per kata tersebutlah istilah untuk tawaran pemikiran filsafat baru ini lahir. Sejalan dengan teori dekonstruksi, pemikiran ini datang dari hasrat untuk membongkar pemikiran para Saussurian terkait oposisi biner.
Sebelum lebih jauh memahami tawaran pemikiran ini, mari pahami dulu cara kerja dekonstruksi menurut McQuilan yang mengatakan kira-kira ada lima strategi untuk memahami dekonstruksi. Artikel ini kutipan dari sebuah jurnal ilmiah daring yang dapat dibaca kapan saja dan dipahami bersama.
1. Pertama Dekonstruksi diartikan sebagai sebuah peristiwa atau peristiwa pembacaan. Kalau dipahami dekonstruksi sebagai sebuah metode berarti akan mengulangi cara yang sama, tetapi itulah yang tidak ingin dilakukan oleh seorang dekonstruksianis. Maka konsep Trisegma Hayatologi tidak akan mengulangi perspektif oposisi biner, tetapi menawarkan cara pandang antimarginalisasi dalam tiga sudut integratif.
2. Kedua, dekonstruksi adalah kontaminasi oposisi-oposisi biner. Misalnya, Oposisi biner itu seperti badan dan jiwa, maskulin dan feminim, dan laki-laki dan perempuan, siang dan malam, timur dan barat dan seterusnya. Dengan adanya oposisi biner ini, maka ada hegemoni makna dari salah satu kutub dan kutub lain menjadi marginal. Misalnya kutub laki-laki, siang, maskulin, badan, akan lebih dominan sedangkan kutub perempuan, barat, malam, feminisme, dan seterusnya menjadi terpinggirkan. Berbagai antinomi biner bisa dideret dan pasti ada salah satu sisi hegemonial dan sisi lain marginal. Apa yang akan dilakukan dengan dekonstruksi? Yaitu menunjukkan, bahkan tidak perlu sengaja ditunjukan. Yang akan ditunjukan adalah sisi dari yang terpinggirkan atau marginal, karena ada sesuatu yang lain di balik interpretasi dominan mengenai yang marginal. Kata-kata ini untuk mejelaskan suatu makna. Makna itu sesuatu yang tidak dapat dijaga kemurniannya. Menurut McQuilan Dekonstruksi menempuh dengan dua tahap. Tahap pertama ialah alih-alih membiarkan dominasi dari salah satu kutub maka mecoba menekankan kutub lawannya. Misalnya ada oposisi biner laki-laki dan perempuan, lalu dekonstruksi melihat kekayaan, kemampuan, kandungan makna, kemungkinan interpretasi dari kutub yang selama ini di abaikan yaitu perempuan. Kedua, yaitu menghapus antinomi biner itu sendiri. Karena menekankan kutub lawannya itu juga tidak bisa dipertahankan secara konsisten, itu hanya strategi untuk menjelaskan bahwa ada sesuatu yang lain. Di sini pulalah Trisegma Hayatologi menawarkan pemikiran baru dengan alih-alih membiarkan oposisi biner, namun sadarilah ada sesuatu yang lain di balik pemikiran biner Anda. Misal dikenal laki-laki – perempuan, heteroseksual – homoseksual, hidup – mati, maka bukalah perspektif Anda dan sadarilah sepenuhnya semua itu sangat hegemonis untuk memarginalkan satu sisi yang lain. Trisegma Hayatologi akan menginterpretasi fenomena tersebut dengan |laki-laki|transgender|perempuan, |heteroseksual|biseksual|homoseksual, |hidup|tidur|mati|. Sejalan dengan dekonstruksi, Trisegma Hayatologi tidak mengajak Anda melabeli setiap segmen dengan paradigma khusus, namun semua bergantung interpretasi Anda dengan kesadaran penuh bahwa segmen-segmen itu berada di kepala dan mewadahi segala fenomena.
3. Ketiga, dekonstruksi juga bisa dijelaskan sebagai suatu proses pembacaan yang meminati yang terpingggirkan, seperti coretan di dinding. Kalau dalam konteks oposisi biner, maka semua yang dimarginalisaasikan dalam oposisi biner itu yang diminati. Kalau dalam riset maka hal-hal yang selama ini diam, bungkan maka itu dibiarkan bersuara, berbicara. Dalam hal ini, Trisegma Hayatologi bukan sekadar meminati yang dimarginalkan tetapi memunculkan segmentasi baru yang jarang disadari setiap orang. Relativitas pemaknaan atas tawaran pemikiran ini bukan terletak pada teks atau pun konteks melainkan segmentasi berpikir dengan tiga kemungkinan terintegrasi. Misal ada sebuah kasus pembunuhan dan benak Anda berpikir pelakunya layak dihukum dan tidak layak dihukum dengan alasan tertentu, di situ Trisegma Hayatologi sama sekali tidak bekerja. Ketika benak seorang trisegmis memandang pelaku pembunuhan dengan |layak dihukum|tidak ditindak|tidak layak dihukum|.
4. Keempat, dekonstruksi adalah sejarah. Istilah-istilah yang diunggulkan dalam oposisi-oposisi biner, juga tidak stabil dan mendekostruksi diri dan hal yang terjadi di dalam sejarah. Setiap istilah memiliki sejarahnya dan sejarah juga menunjukan bahwa istilah itu tidaklah stabil. Di sini tanpa mengurangi hak interpretasi Anda, tawaran pemikiran ini boleh dianggap isapan jempol belaka atau istilah semu yang tidak pernah mendekonstruksi apapun. Namun sadari, relativitas istilah dalam sejarah memang sangat mungkin terjadi atau ada pihak yang menggebu mendekonstruksi tawaran pemikiran ini, semua sangat mungkin dan tidak ada batasan sedikitpun atasnya. Sebab tawaran pemikiran ini bukan peraduan teori namun kelahiran cara pandang baru yang tidak disadari namun sudah bereksistensi sejak dulu.
5. Kelima, tidak ada yang bebas-teks. Dalam pembacaan dekonstruktif makna teks mengacu pada rangkaian jejak-jejak, yaitu konteks-konteks yang ada dalam teks itu yang memberi makna. Dalam Trisegma Hayatologi, dirangkaikan fenomena yang ada dengan berbasis fakta ilmiah di lapangan. Bahkan konteks cukup diwadahi dalam tiga segmen bukan semata-mata mempersempit pemikiran tetapi mewadahi dengan relativitas maha bebas.
Berdasarkan abstraksi pemikiran tersebut, Trisegma Hayatologi diyakini sebagai pemikiran yang |benar|membingungkan|salah|, |baru|pengembangan|lama|, atau |logis|semu|fiktif| semua kembali pada masing-masing kepala yang sesungguhnya semenjak membaca tulisan ini mulai hadir jiwa dekonstruktifistik dalam dirinya. Tawaran pemikiran selamanya akan menjadi tawaran selama tidak divalidasi. Apabila seseorang menemukan tulisan ini dan mencoba mengembangkannya dengan istilah lain yang lebih ilmiah, dengan segenap daya otoritas saya hal tersebut saya ikhlaskan. Kaum pelaku dekonstruksi tidak akan merasakan apapun ketika dirinya pun didekonstruksi. Jadi, selamat datang dalam tawaran pemikiran abstrak yang mewadahi fenomena hidup manusia secara segmental integratif.
Silakan merujuk:
Bertens, K.1996. Filsafat Barat Abad XX Jilid II, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Derrida, Jacques. 2002. Dekonstruksi Spiritual; Merayakan Ragam Wajah Spiritual, Yogyakarta: Jalasutra.
Hardiman, F. Budi. 2015. Seni Memahami, Yogyakarta: Kanisius.
Royle, Nicholas. 2003. Derrida, London: Routledge.
Minggu, 26 Juli 2020
Jumat, 26 Juni 2020
ARTIKEL ILMIAH | PEMANFAATAN ISU KONSPIRASI COVID 19
PEMANFAATAN ISU KONSPIRASI COVID 19 SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERPIKIR KRITIS PARA MILENIAL
Oleh Nanang Hadi Sucipto
ditulis pada Mei 2020
Kurun waktu tiga bulan terakhir terdapat satu fenomena yang sangat menggemparkan dunia. Ketakutan dikonstruksi bukan dari makhluk metafisik melainkan dari objek mikro yang dikenal dengan sebutan virus. Siapa yang tidak bergidik ketika mendengar Virus Corona? Adakah di antara kita yang tak ciut nyalinya mendengar Covid 19? Lantas, apa sebetulnya Virus Corona dan Covid 19?
A.) Definisi dan Konspirasi Covid 19
Apabila dikehendaki penjelasan spesifik, sebaiknya merujuk pada para ahli virologi atau dokter spesialis. Sebagai informasi, berikut lansiran sebuah situs berlabel WHO:
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
(diakses dari https://www.who.int/indonesia/news/
novel-coronavirus/qa-for-public pada 4 Mei 2020)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Covid 19 merupakan varian terbaru Virus Corona yang menurut para praktisi dan ahli kesehatan virus ini termasuk mematikan. Kita tidak perlu munafik menolak sisi mematikan virus ini jika mengacu data yang dipublikasi pemerintah. Ketika tulisan ini dibuat, data pasien terkonfirmasi positif Covid 19 di Indonesia mencapai belasan ribu orang. Namun apakah data itu valid? Sudahkah kita validasi sendiri data-data tersebut? Terlepas dari itu, Virus Corona benar-benar ada dan mampu menjangkiti manusia. Maka saran terbaik adalah fokuslah pada sisi positif dampak fenomena Corona, misal fokus pada pasien sembuh atau makin berkualitasnya udara dunia karena polusi berkurang.
Ketika fakta keberadaan Corona varian terbaru sudah dapat diterima, gejolak tidak berhenti sampai di situ saja. Berbagai isu bermunculan mengawal ketat penjangkitan massal Si Covid 19. Secara garis besar ada lima konspirasi yang dapat ditemukan di internet. Berikut lansiran konspirasi terbesar di belakang Covid 19:
1. Senjata Biologis dari laboratorium Wuhan
Kemunculan kali pertama virus ini adalah di Wuhan, China sehingga diyakini merupakan senjata biologis yang sengaja dilepaskan dari sebuah laboratorium dengan tujuan menyerang negara lain. Namun, telah dilakukan sebuah riset ilmiah yang bersimpulan bahwa Virus Corona ditularkan secara alami dari hewan pengerat nokturnal seperti kelelawar. Kristian Andersen, PhD, seorang profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research menyatakan bahwa dengan membandingkan data sekuens genom yang tersedia untuk strain Virus Corona yang pernah terdiagnosis, kita dapat dengan tegas menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami.
2. Virus Corona Tersebar Melalui 5G
Virus Corona juga disebut menginfeksi melalui jaringan 5G. Sebab itu, banyak orang akhirnya merusak beberapa tower 5G seperti yang terjadi di Inggris. Informasi ini menyebabkan beberapa tower 5G di Inggris rusak karena dibakar oleh masyarakat. Orang yang membakar tower 5G tersebut termakan teori konspirasi penyebaran Corona melalui jaringan 5G. Padahal secara logika dapat kita asumsikan bahwa suatu kemustahilan virus bisa melompat-lompat dalam gelombang elektromagnetik. Apabila virus ini menumpang pada jaringan internet tentu yang diinfeksi adalah perangkat seluler bukan penggunanya. Hingga Menteri Kantor Kabinet Inggris, Michael Gove, dengan keras menyatakan bahwa isu itu hanya omong kosong yang sangat berbahaya.
3. Virus Corona Berasal dari Luar Angkasa
Seorang ilmuwan bernama Profesor Chandra Wickramasinghe dari Buckingham Center for Astrobiology mengeluarkan pernyataan kontroversial. Disebutkan bahwa virus Corona yang saat ini mewabah di berbagai negara berasal dari luar angkasa dibawa oleh meteor yang meledak di China pada Oktober lalu. Ia menduga ledakan meteor melepaskan partikel virus yang kemudian terperangkap di arus udara strastosfer yang mengelilingi Bumi.
Namun spesialis penyakit menular Dominic Sparkes dari University College London mengungkapkan, COVID-19 ini serupa dengan SARS dan MERS yang merupakan virus dari binatang. Menurutnya, SARS ditemukan sebagai hasil dari kelelawar yang memindahkan virus ke musang yang pindah ke manusia, sementara MERS diketahui ditularkan dari unta ke manusia.
4. Senjata Buatan Pemerintah
Negara-negara di dunia saling menuding sebagai biang keladi virus ini. China misalnya, menyebut bahwa Virus Corona dibawa oleh Angkatan Darat AS. Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, menyebut bahwa virus Corona merupakan senjata biologis dari Amerika untuk China. Sementara di Iran, pejabat menuding pandemi Corona sebagai bagian dari skema politis untuk menekan angka pemungutan suara. Di Italia, Matteo Salvini, pemimpin Partai Liga anti-migran Italia, meyakini bahwa virus Corona merupakan buatan China. Namun hingga detik ini, semua klaim itu tidak memiliki bukti kuat sama sekali.
5. Buatan Bill Gates
Banyak tudingan yang mengatakan dalang di balik terjadinya pandemi virus Corona COVID-19 di dunia adalah Bill Gates. Ia dicurigai mempunyai agenda tertentu di balik pandemi ini. Alasan ini muncul lantaran Bill Gates ingin segera membuat vaksin virus Corona dan telah menggelontorkan dana sejumlah USD 250 juta atau setara dengan 3 triliun rupiah. Namun Gates dengan tegas membantah tudingan tersebut dan mengatakan tindakannya semata-mata karena ingin membantu dunia menghadapi Virus Corona. Gates merespons hal ini dengan cukup filosofis yakni dengan mengatakan bahwa ironis jika mengincar saseorang yang melakukan hal terbaik untuk membuat dunia siap dan kita memang berada di situasi gila jadi akan ada rumor gila juga.
Berdasarkan kelima isu konspirasi tersebut tentu tidak boleh serta-merta diterima. Gunakan logika berpikir yang jernih dan kritis. Meskipun ada kemungkinan kebenaran asumtif, namun tetap fakta di lapangan sejauh ini mengarah pada pandemi yang terbentuk secara alami. Virus yang semula dari hewan pengerat menjangkiti manusia dan saat ini si virus telah bermutasi karena menyerap imun dari inang terbaik di alam yakni manusia.
B.) Pembelajaran Berpikir Kritis Melalui Konspirasi Covid 19
Di era milenial seperti saat ini, sangat mustahil untuk membendung penyebaran informasi. Kejadian satu jam lalu bisa kita akses di internet dalam puluhan blog dan situs web. Hal ini pula yang memperparah pandemi Covid 19 karena ketakutan yang diciptakan di media lebih gencar daripada sekadar motivasi atau data. Pemberitaan baik daring maupun cetak semua menggembor-gemborkan potret fenomena kelam. Sebaiknya media berintrospeksi agar pemberitaan mereka lebih menyejukkan. Sebab ketika stres, imunitas tubuh menurun dan tak hanya Covid 19 bahkan segala penyakit pun dapat menjangkiti. Lalu bagaimana sikap kita sebagai insan milenial dan praktisi pendidikan Indonesia?
Kunci kewaspadaan dan penghindaran diri dari stres di masa pandemi ini adalah dengan critical thinking atau berpikir kritis. Robert H. Ennis (1981:14) menyatakan bahwa critical thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe or do (berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini untuk diperbuat). Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-rumusan yang memenuhi kriteria tertentu untuk diperbuat. Selanjutnya, Ennis mendefinisikan konsep berpikir kritis didasarkan pada keterampilan tertentu khususnya keterampilan mengamati, menyimpulkan, generalisasi, penalaran, dan mengevaluasi penalaran. Apabila mengacu pendapat tersebut, maka kita dapat menganalogikannya sebagai tahapan dalam proses berpikir kritis. Dengan demikian, berpikir kritis dapat dicapai dengan cara mengamati fenomena, lalu menyimpulkan secara pribadi, menggeneralisasikan fenomena dengan lansiran faktual dari pihak-pihak bertanggung jawab, menalarnya secara objektif, dan diakhiri dengan mengevaluasi proses penalaran tersebut. Berpikir kritis dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran dibagi dalam dua sudut pandang:
1. Critical Thinking Ala Guru
Sesuai dengan amanah Kurikulum 2013 yang telah mengalami beberapa kali revisi, guru berperan sebagai fasilitator. Guru tidak diperkenankan terlalu mengendalikan kelas secara dominan. Pandemi Covid 19 mengharuskan sekolah mengganti cara belajar dengan sistem daring. Dengan demikian, peran guru bergeser kembali dari fasilitator sekarang hanya sebagai mediator. Peran fasilitator telah diisi oleh aplikasi belajar daring.
Dalam hal ini, maka guru harus mengajak siswanya kritis menghadapi kondisi dan memanfaatkan konspirasi penumpang pandemi sebagai fenomena yang layak dipelajari serta dikritisi. Contoh proyek berpikir kritis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah dengan penyusunan artikel ilmiah bertema Konspirasi Covid 19. Guru menginstruksikan siswa membaca 5 jurnal ilmiah, lalu meminta mereka merumuskan artikel baru, dan mengumpulkannya via surat elektronik. Berdasarkan contoh proyek tersebut, guru telah berpikir kritis dengan menemukan dan merekomendasikan kelima jurnal relevan sekaligus perannya sebagai pendidik tetap terlaksana melalui penilaian tugas siswa. Maka dalam proses ini telah terbentuk simbiosis mutualisme guru dan siswa untuk menemukan informasi faktual terkait Covid 19 dan membuat otak fokus terasah bukan stres dalam ketakutan.
2. Critical Thinking Ala Siswa
Berpikir kritis di kalangan siswa seharusnya sudah dibentuk jauh sejak sekolah dasar. Hal itu dilakukan agar di masa yang akan datang mereka sudah terbiasa kritis dan tidak membagikan apalagi termakan berita bohong atau hoaks. Di era milenial ini, para siswa usia remaja cenderung gagap menyikapi fenomena sosial dan malah terjerumus pada uforianya bukan pemanfaatannya. Maka sebetulnya pembelajaran daring di masa pandemi Covid 19 ini memaksa mereka untuk tetap dengan telepon pintarnya namun berpikir kritis dan belajar.
Masih sehubungan dengan contoh proyek berpikir kritis ala guru, siswa sebagai pusat pembelajaran harus aktif dan responsif dengan tugas yang diberikan. Terlepas dari kasus tugas sekolah yang memberatkan, tentu ada sistem khusus yang sudah diterapkan masing-masing lembaga pendidikan. Dalam hal berpikir kritis, kebiasaan yang harus dihindari para siswa adalah ‘copas’ atau salin-tempel. Tradisi tersebut bukan salah melainkan cenderung manifestasi kemalasan. Siswa hendaknya membandingkan situs atau referensi dengan merujuk pada sumber yang bertanggung jawab. Meski ‘copas’ tetapi harus ada proses generalisasi, penalaran objektif, dan evaluasi.
Berdasarkan uraian singkat mengenai pemanfaatan isu konspirasi Covid 19 tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya pandemi atau wabah adalah musibah. Jikalau memang ini musibah tentu di akhirnya akan ada hikmah. Pemanfaatan isu konspirasi Covid 19 secara garis besar adalah menggunakannya sebagai media pembelajaran. Menggerakkan dan mengasah otak guru sekaligus siswa agar tetap fokus sehingga imunitas tubuh pun seimbang. Bayangkan jika masa pembatasan sosial ini tidak dimanfaatkan sebagai momentum asah otak tetapi bermalas-malasan? Bukan hanya fisik berpeluang terserang Covid 19 namun kekosongan psikis bisa saja terjadi. Belum lagi risiko obesitas bagi yang perbanyak makan saat pembatasan sosial atau risiko kesehatan lainnya. Karena itu, tetaplah berpikir kritis dan menjaga diri juga keluarga jangan sampai terjangkiti Virus Corona. Tidak ada sedikitpun maksud mengarahkan untuk mempercayai isu konspirasi Covid 19, namun inti tulisan ini adalah mari senantiasa berpikir positif dan memanfaatkan setiap yang ada di sekitar kita secara bijak.
Naik sampan dengan kekasih
Cukup sekian dan terima kasih
#dirumahaja #jagakesehatan_jagaiman
Ennis, R.H. 1981. Critical Thinking. United State of America: Pretice Hell, Inc.
https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4996783/5-teori-konspirasi-paling-heboh-seputar-virus-corona diakses pada 4 Mei 2020 pukul 13.20 WIB.
https://voi.id/artikel/baca/4633/segalanya-tentang-teori-konspirasi-jaringan-5g-dan-covid-19 diakses pada 4 Mei 2020 pukul 13.26 WIB.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/20/163100923/dari-senjata-biologis-hingga-5g-ini-teori-konspirasi-sesat-tentang-corona?page=3 diakses pada 4 Mei 2020 pukul 13.29 WIB.
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public diakses pada 4 Mei 2020 pukul 13.30 WIB.
Jumat, 28 Februari 2020
OPINIKU | OPINI PUBLIK DAN CITRA PERUSAHAAN
Opini publik dan citra perusahaan sebetulnya merupakan sinergi yang terus berhubungan satu sama lain. Suatu perusahaan yang memiliki jam terbang lebih profesional akan memperoleh citra baik daripada perusahaan biasa. Hal ini disebabkan oleh jejak rekam perusahaan yang diketahui khalayak sehingga membentuk opini publik positif. Opini publik positif ini akan kembali melabeli baik perusahaan yang bersangkutan. Pembentukan atau rekayasa opini publik pembentuk citra ini merupakan tanggung jawab divisi Humas atau PR (public relations).
A. Opini Publik
Opini publik menurut Olii&Erlita (2011) adalah pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi dan gambaran tentang sesuatu akan menimbulkan banyak sekali penafsiran bagi para peserta komunikasi. Sejalan dengan itu Santoso Sastropoetro (1990) mengatakan bahwa istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk pada pendapat-pendapat kolektif sejumlah besar orang. Berdasarkan kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa opini publik merupakan pendapat yang terkumpul dari masyarakat yang menimbulkan penafsiran di mata umum. Menurut Dra. Djonaesih S. Sunarjo, SU dalam bukunya opini publik, terbitan Liberty Yogyakarta, (1997), ciri-ciri opini publik adalah : selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya, merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat, dan mempunyai pendukung dalam jumlah besar (Ruslan, 2014:66).
Proses pembentukan opini publik diawali dengan persepsi masyarakat yang dipengaruhi latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Proses inilah yang akan melahirkan suatu intepretasi atau pendirian seseorang, dan akhirnya membentuk opini publik yang nantinya dapat bersifat mendukung, menentang, atau berlawanan (Ruslan, 2014:68). Jadi opini publik terbentuk oleh persepsi masa yang berkembang dengan dipengaruhi oleh pengalaman, kebudayaan, dan nilai yang berkembang di masyarakat. Suatu opini dapat dikategorikan opini publik bila telah didukung oleh banyak orang, jika opini masih milik perorangan maka itu belum disebut opini publik.
Faktor-faktor yang dapat membentuk opini publik menurut D.W. Rajecki (1982), yaitu mempunyai tiga komponen pokok yang dikenal dengan ABCs of attitude, penjelasannya sebagai berikut :
1. Komponen A : Affect (perasaan atau emosi)
2. Komponen B : Behaviour (tingkah laku)
3. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar) (Ruslan, 2014:68-69)
B. Citra Perusahaan
Citra perusahaan merupakan citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diaraihnya, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, dan sebagainya. Hal-hal inilah yang wajib disebarluaskan oleh divisi Humas sehingga suatu perusahaan akan mendapat posisi yang baik bagi masyarakat yang secara otomatis akan melahirkan opini publik positif.
C. Hubungan Opini Publik dan Citra Perusahaan Berikut Contohnya
Opini publik adalah pendapat masyarakat tentang suatu hal yang didukung secara masal. Citra perusahaan merupakan gambaran yang tampak pada suatu perusahaan atau organisasi. Keduanya merupakan sinergi tanpa putus yang bergerak di bawah tanggung jawab divisi Humas. Meskipun hasil kerja tetap menjadi bahan citra perusahaan yang utama tetapi tidak dipungkiri bahwa opini publik juga berperan membentuk citra perusahaan. Contohnya PT Sido Muncul berusaha mempertahankan citra baik yang sudah terbangun di masyarakat dengan melakukan inovasi pada produk mereka. Hal ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain yang ingin tetap bertahan pada posisi baik mereka. Selain hal sebagaimana yang PT Unilever lakukan, PR atau divisi Humas dapat menghimpun dan membuat sebuah analisa mengenai tanggapan masyarakat tentang perusahaan. Kegiatan ini adalah kegiatan menghimpun opini publik untuk pemertahanan citra perusahaan.
Daftar Rujukan:
Jefkins, Frank. (2003). Public Relations Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Olli, Helena dan Novi Erlita. 2011. Opini Publik. Jakarta: PT Indeks
Ruslan, Rosadi. (2014). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsep dan Aplikasinya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Langganan:
Komentar (Atom)