Jumat, 06 Februari 2015

Jika Pemilu Bothok, Kami Bitingnya



Dalam khasanah Jawa biting adalah lidi yang digunakan sebagai pengunci daun pisang pembungkus bothok. Bothok sendiri adalah makanan yang terbuat dari kelapa parut yang dikukus dengan bumbu tertentu dan biasanya dicampur dengan daging, ikan asin atau tomat. Disini kita tidak mengkaji makanan namun pengibaratan suara rakyat dalam Pemilu baik Pilpres maupun Pileg, itu sama persis dengan biting. Orang ketika akan memasak bothok pasti akan mencari biting, namun setelah matang bothok dimakan biting dibuang entah kemana. Lihatlah, betapa fenomena sederhana ini sama dengan kaberadaan suara rakyat. Ketika seseorang mencalonkan diri menjadi punggawa pemerintahan pasti membutuhkan suara sebanyak-banyaknya, segala cara bahkan dilakukan. Mulai dari kampanye akbar sampai bisnis politik berbayar. Namun setelah orang tadi terpilih mereka lupa pada biting-biting mereka. Mereka lebih mementingkan kembalinya modal daripada pendidikan nasional, mereka lebih suka ke luar negeri daripada mengunjungi panti. Suara rakyat alias bitingpun sudah di tong sampah. Bukankah ini yang kita sering jumpai saat ini?
Bothok pasti panas karena dikukus dan dalam proses ini si bothok tetap bersama bitingnya. Ini juga gambaran bahwa saat Pemilu kita turut panas karena mendukung pilihan kita. Tetapi bukan berarti setelah Pemilu panasnya pengukus terus dipelihara, lama-lama bothok menguap jadi dingin. Kitapun jangan pernah bersitegang hanya karena pilihan kita tidak terpilih. Sekali lagi ingatlah kita masih tetap biting.
Ini bukan bertujuan menurunkan semangat anda sebagai tim sukses, namun hanya sebagai introspeksi menjelang dan setelah Pemilu. Jangan ciptakan permusuhan di awal dan jangan sisakan pertikaian di akhirnya. Kita ini biting, yang setelah pesta demokrasi ini mungkin masih dibuang. Namun semoga kejadiannya lain di Pilpres tahun ini. Semoga kedua kandidat capres dan cawapres kita benar-benar orang pilihan dari yang terpilih. Semoga beliau-beliau adalah pecinta dan pemerhati biting-biting Indonesia, bukan sebaliknya. Sekarang semua di tangan kita, jadilah biting profesional dan biting yang tau siapa pemimpinnya. Sehingga di kemudian hari Indonesia laksana bothok yang mencintai bitingnya bukan bothok lupa bitingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar