Sang
Revolus Menjenguk Tuhan
Tangkai angin menjulurkan sang pencerah menemui
Rajaraya di singgasananya
Didampingi sosok tegap bersayap emas penuh cahaya
indah kemilau
Beranjak dari kubah melingkar menuju Aqsha dan
melejitkan sang revolus ke langit tujuh
Menyibak tabir menuangkan sendu ronta kalbu penuh
aura tanya
Namun semua terganti sekelebat sosok dengan
mahadahsyat menjamah menyuguh perintah
“Berdirilah lima puluh seharimu!”,
Lalu sang revolus turun dengan sergapan
pertimbangan,
setumpuk aspirasi membuatnya kembali dengan yakin
besorban harap mohon polos
Hingga langit melotot menyaksikan pertunaian tugas
berat yang putus pada lima saka
Lima anugerah
Lima tenteram
Lima sejahtera
Lima adalah kemilau suci ronta seteguk surga dalam
secangkir tanah
Tanah yang kami sebut bumi, dunia, alam, jagad, arga
atau apalah serapahnya
Dari tangan sang revolus pencerah kami,
Terimakasih atas langkah petunjukmu.
Rinai
Tasbih Terpercik
Semesta mencairkan bukit es mengalirkan senandung
munajat atas rahmat
Titik-titik hujan mengisyaratkan kuasa tiada tara
menyemburkan kegalauan akan murka-Nya
Tangan beraroma nirwana mengusap kepala yatim
berselempang kahausan meneteskan sesal
Senja ini akankah berhasil mengantarkan maha
suci-Nya pada kami
Bila hujan tak berhenti maka nafas ilahi tak
terlantun, gelaran tasbih berkadar hambar
Kilau kesucian masih terpicing dalam bingkai takbir
jalanan tharikat
Segala upaya terasa binar dalam seuntai doa
mengharap kehadiran para malaikat
Lentera kecil mengusik gerimis dan mengancam badai
diatas sajadah lusuh
Ya Tuhan
Kami bersandar pada amanah-Mu mendarmai
katauhidan-Mu menjalani kodrat kami
Sesampai ada anak adam memercikkan hujan tasbih
lirih dirumpun ilalang atap rumahnya
Subhanallah,..
Subhanallah,..
Subhanallah,..
Terdengar mengusaikan derita mengundang sesuap
semangat dan ketegaran
Bersambut bagai tarian Jibril menanti hujan masa
kelana
Limo ke Villa, Bekalnya???
Kaku menjelujur diatas dipan kayu lapuk berbalut
kain suci amat dinanti
Menanti penantian panjang namun nian nampak tak bisa
nanti-nanti
Masa dimana detik tak mungkin ditawar, menit tak
kuasa ditukar dan jam tak boleh dipinjam
Saat semua sirna merana tiada daya apa-apa, hanya
haru dan air mata yang nyata
Empat tangan menyangga tubuh mengantar masuk dalam
Limosin paling canggih
Limosin dengan kap kayu berjuntai kain hijau
beraksen rangkaian bunga
Limosin dengan empat kolega sebagai rodanya
Dengan secepat kilat mengantarkan ke villa eksklusif
yang mini namun vasilitas nomor siji
Villa tercanggih dengan luas dua kali satu meter
namun tahan badai, topan dan anti gempa
Disanalah kita menanti presensi dari Sang Kuasa
Namun sayang, disana kau tak boleh membawa apa-apa
Hanya kain menjuntai yang mulai kumal itu saja,...
ya itu saja!
Betapa limosin yang canggih dibawa pulang sopir
pribadi kembali ke garasi
Garasinya dekat dengan villa,..tetapi kau TIDAK
boleh dan TIDAK bisa mengendarainya
Seberapapun kau mencoba, itu semua sia-sia
Apalagi cuma limosin itu, uang proyek yang bengkak
di depositomu TIDAK bisa kau ambil
Kesepuluh mobilmu yang lain yang baru dibeli setelah
pasir dan beton masuk perutmu
Semuanya tak boleh masuk villa.
Limo, uang dan mobil tak boleh!
Cuma tiga punyamu dan memang Cuma itu yang paling
jadi butuhmu
Sekantung amal, sepercik taubat dan SK masuk surga
Itu. Hanya itu dan cukup itu. Cukup!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar